Konsekuensi Tak Terduga
Kalangan Sendiri

Konsekuensi Tak Terduga

Mega Permata Official Writer
      6171

Imamat 6:4, “Apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia memulangkan barang yang telah dirampasnya atau yang telah diperasnya atau yang telah dipercayakan kepadanya atau barang hilang yang ditemuinya itu.”

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu54[/kitab]; [kitab]Marku4[/kitab]; [kitab]Yesay61-62[/kitab]

Saya sangat menyukai novel yang bagus dimana dimulai dengan alur utama dan dalam sekejap mata langsung membawa ke isi cerita yang begitu kuat dan tak terduga, sehingga saya terpaku duduk di kursi dalam menantikan hasil kelanjutannya. Beberapa alur cerita menarik perhatian kita dengan detail yang jelas, mengubah sudut pandang, dan membuat kita fokus pada skenario yang sama sekali berbeda. 

Alkitab memiliki cukup banyak lika-liku drama, petualangan, komedi dan asmara yang semuanya memiliki kebenaran Allah dan umat-Nya. Kita memiliki begitu banyak pelajaran dari Juru Selamat yang mengasihi dan tidak hanya menyelamatkan kita tetapi juga memberi kita prinsip-prinsip kehidupan yang  aplikatif yang disampaikan melalui kisah nyata. 

Allah tampaknya bekerja sangat kuat dalam “hal-hal kecil.” Kadang kala hal terkecil atau perubahan alur cerita sekalipun kecil akan membuat perbedaan besar dalam sebuah situasi. Salah satu kisah terbaik dalam Alkitab yang mengungkapkan bagaimana kuasa dari hal kecil ada dalam 2 Samuel 11-12.

Dalam bagian ini, Daud, pribadi yang dikasihi Tuhan ini memutuskan tinggal di rumah saat bangsanya menghadapi peperangan. Dia, Raja Daud yang luar biasa yang bertanggung jawab atas sebuah bangsa yang besar dan semua orang-orangnya saat itu sedang berjuang menjaga wilayahnya agar aman. Di saat kelelahan, Daud duduk di atap istana dan melihat seorang wanita sedang mandi dan dia telah membuat pilihan yang salah.

Dari sisi kemanusiaannya, banyaknya perempuan di rumahnya sendiri yang dengan sabar menunggunya, Daud mengambil kesimpulan bahwa mereka tidak mencukupi keinginannya. Daud mengikuti gerakan hatinya untuk memiliki wanita itu yang  sedang sendirian, yang terlihat dari atap istananya. Pilihan untuk melihat tersebut mengarahkan ke pilihan yang salah lagi untuk bertindak.

Raja Daud memanggil orang-orangnya dan menanyakan tentang wanita yang dilihatnya itu. Siapa dia? Akankah dia mengunjungi saya? Diketahuilah wanita itu bernama Batsyeba, isteri Uria. Sementara bertanya tentang wanita itu, pemimpin tangguh ini menemukan bahwa keindahan yang dilihatnya itu tidak hanya telah menikah tetapi menikah dengan pria yang berjuang untuknya. Dan kita dapat membayangkan adegan selanjutnya. Dia mengutus wanita itu datang, tidur bersamanya dan wanita itu membersihkan diri lalu kembali pulang ke rumahnya. 

Saya membayangkan pikiran Daud, saat penaklukan berhasil dilakukan, dan tantangan tidak ada lagi, maka kegairahan itu juga lenyap. Mungkin dia tidak tertarik atau tidak memikirkan lagi wanita itu ataupun  kejadian  malam itu.

Kemudian hal kecil muncul. Wanita itu mengandung.

Wanita itu mengatakan kepada Daud bahwa ia akan segera memiliki anak , dan menjadi masalah baru untuk dihadapi oleh sang Raja. Dalam sekejap saja, hal itu menjadi sesuatu hal yang tak pernah dia harapkan. Akibat dari perbuatannya sebentar lagi akan hadir dalam kurun waktu sembilan bulan kemudian, dan rencana selanjutnya sedang dia siapkan. 

Alih-alih bertobat, untuk menutupi perselingkuhan, manipulasi, kebohongan dan tipu daya yang dilakukannya, Daud semakin terjerat dalam  osa yang lebih buruk lagi. Saat itu juga Daud menyuruh suami dari Batsyeba, Uria, untuk berperang di kota Raba. Daud mengutus orangnya untuk menyuruh Uria berada di barisan depan dalam pertempuran itu. Akhirnya, Uria terbunuh dalam pertempuran hebat itu. 

Siapa sangka Daud akan melakukan hal keji itu dan menipu anak buahnya sendiri dan bahkan sengaja mengirim dia untuk mati di garis depan pertempuran, dalam rangka menyelamatkan reputasinya sendiri?

Rupanya, Tuhan tidak membiarkan kebohongan berlanjut begitu saja. Natan, hamba Allah, datang kepada Daud untuk mengatakan: Hei Daud, pernahkah engkau mendengar cerita ini? Seorang pria kaya mempunyai banyak ternak mengambil anak domba betina dari seorang yang miskin, mencuri satu-satunya hal yang baik yang dimiliki orang miskin itu.

Mendengar cerita itu, Daud menanggapinya dengan marah dan mengumpat akan membunuh orang kaya tersebut. Cerita yang dibawakan Natan adalah perumpamaan dari tindakan Daud dan Natan menegur orang berdosa itu dengan firman Allah. Seorang pemimpin harus menghadapai konsekuensi atau akibat dari dosanya sendiri. Allah adalah Maha Adil dan Dia akan berurusan dengan para pengikutnya yang jatuh dalam dosa. Pertobatan adalah tujuan utama Tuhan bagi setiap pendosa.

Apa reaksi kita? Mungkin beberapa dari kita melihat kehidupannya dalam kisah Daud tadi, jika kita bijak kita tidak akan berpikir bahwa diri kita lebih baik dari Daud hanya karena kita tidak sampai melakukan tindakan rendah itu.  Kita tidak bisa membangun hidup kita menjadi lebih baik jika terus membandingkan kekuatan kita dengan kelemahan orang lain. Kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dengan mengambil sikap hati bahwa Tuhan akan menghadapkan kita dengan dosa-dosa kita dan mengungkapnya jika kita tidak segera datang kepadanya dalam pertobatan.

Tujuan Allah adalah untuk membawa kita ke hubungan yang benar dengan-Nya, apapun caranya. Bapa yang penuh kasih telah memberikan kita sebuah contoh kisah nyata seperti ini untuk menarik kita hidup dalam kesalehan dan mengajarkan bahayanya dosa. Kita sering mencoba untuk membenarkan dan menutupi dosa daripada mendekatkan hati untuk bertobat. Apapun belenggu dosa yang ada saat ini, kita akan diperhadapkan dengan kejadian tak terduga yang bisa mengubahkan hidup kita selamanya. Namun akan lebih baik jika kita dengan rendah hati bertobat dan datang kepada Tuhan sebelum Tuhan menegur kita dengan keras. 

Ditengah-tengah pilihan kita, dalam keputusan sehari-hari, mari kita tidak pernah meremehkan hal-hal kecil. Konsekuensi atas tindakan kita dapat menjadi sesuatu yang tak pernah kita harapkan.

Ikuti Kami